Cari Blog Ini

Senin, 14 Desember 2009

Cita - Cita

Ketahuilah bahwa cita-cita manusia itu ada tiga kategori :
Kategori Pertama, yaitu orang-orang terdahulu, seperti para anbiya dan siddiqin. Mereka tidak mencita-citakan hidup setinggi langit, malah merasakan maut senantiasa hampir kepada diri mereka, oleh sebab itu mereka selalu bersiap sedia untuk menerima maut tersebut.
Demikianlah keadaan hidup dan mati orang-orang utama ini, sesuai dengan hadist Nabi :
"Demi jiwaku yang berada didalam genggamanNya, setiap aku mengangkatkan kakiku, lalu menyangka dapat meletakannya seperti semula, tiba-tiba aku diwafatkan. Dan setiap aku menyuap makanan dimulutku, lalu menyangka dapat menelannya, tiba-tiba menyedak dianak tekakku, maka matilah aku"
Kategori Kedua, yaitu orang-orang yang bersifat pertengahan dari golongan orang-orang baik dan taat. Cita-cita mereka untuk terus hidup pendek. Tidak pernah lalai dari mengingat Allah Ta'ala. Tidak sepanjang masa mengejar kemewahan dunia atau terpedaya oleh syahwatnya yang merusak dan membinasakan. "Sesungguhnya dalam cita-cita itu ada rahmat", yakni jika tidak ada cita-cita pada diri seseorang niscaya porak porandalah segala urusan dunia dan akhiratnya. Ini membuktikan apa yang telah termaklum kepada kita, bahwa Allah Ta'ala mengeluarkan keturunan anak Adam a.s dari tulak belakangnya pada Hari Mengambil Perjanjian (Yaumil-mitsaq), maka para malaikat amat takjub melihat banyaknya keturunan Adam itu, kemudian berkata: Wahai Tuhanku! Mereka ini tidak muat didalam dunia. Firman Allah Ta'ala; Aku akan matikan mereka. Berkata malaikat lagi; Tentulah tidak bahagia hidup mereka pula, Firman Allah lagi; Aku akan cetuskan semangat dan cita-cita dari dalam diri mereka.
Kategori Ketiga, yaitu orang-orang yang terpedaya dan bodoh. Mereka menyimpan harapan panjang untuk hidup, sehingga terlupa akan urusan akhirat dan lupa akan maut. Seluruh anggota tubuh dan hatinya terpikat kepada dunia. Orang yang masuk kategori ketiga ini tatkala maut datang menjemput dan ia melihat keadaan akhirat dengan mata kepalanya ia akan memohon kepada Tuhan, "Tuhanku, mengapakah tidak Engkau beri aku tangguhan waktu barang sedikit.
Ada pendapat ulama yang mengatakan; "Sekiranya seluruh dunia dimiliki oleh orang itu, yang mana dengan seluruh miliknya ia bisa membeli sejam untuk menambah umurnya supaya ia dapat munajat kepada Tuhan, niscaya ia akan lakukan.
Jadikanlah perkara ini sebagai tauladan baik kita semua.
(Kitab "an-Nashaaih ad-Diniyah wal-Washaaya al-Imaaniyah" karya Imam Habib Abdullah Haddad)

2 komentar: